بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Ada kisah menarik yang disampaikan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman ketika menjadi keynote speaker dalam pertemuan di Sekolah Kepemimpinan Partai (SKP) di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Rabu (20/4) kemarin.
Akhir tahun 2005, Sohibul sedang
menghadiri undangan acara peluncuran buku Arifin Panigoro. Dalam
peluncuran tersebut, yang jadi pembahas adalah seorang pengamat politik
bernama Fahry Ali. Pada waktu itu bisa dikatakan Fahry Ali merupakan
pengagum Partai Dakwah ini. Ia pun ngobrol dengan Sohibul, namun
tiba-tiba pembawa acara mengatakan kepada Fahry Ali bahwa sebelum acara
dimulai hadirin diminta menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama. Fahry
Ali mengiyakan, lalu ia mengatakan sesuatu ke Sohibul seperginya pembawa
acara.
“Man, saya taruhan,” kata Fahry, “Pasti kamu nanti tidak nyanyi Indonesia Raya,” lanjutnya.
Terang saja pernyataan tersebut membuat
Sohibul terkesiap. “Hehe..sembarangan aja, Bang. Nanti saya akan berdiri
dan akan nyanyi dengan lantang. Kenapa Abang punya pikiran seperti
itu?” ucap Sohibul.
Fahry Ali mengatakan bahwa itulah
persepsi publik tentang PKS yang dimilai anti-Indonesia Raya,
antipancasila, anti-Undang-Undang Dasar 1945 dan anti sebagainya.
Sohibul pun mengajak diskusi panjang lebar tentang PKS pada Fahry Ali.
“Kalau begitu persepsi saya salah ya, Man?” sadar Fahry.
Sohibul mengiyakan, meskipun begitu ia
tetap saja penasaran dengan Fahry Ali yang mengaku pengagum PKS tapi
mengatakan sesuatu yang berseberangan dengan PKS. Kemudian ia bertanya
untuk meruntuhkan rasa penasaran itu.
“Bang Fahry ini kan pengagum PKS.
Sekarang kalau benar PKS yang katanya anti-Indonesia Raya,
antipancasila, anti-Undang-Undang Dasar 1945—ini kalau benar ya, Bang
Fahry masih kagum dengan PKS atau tidak?” tantang Sohibul dengan nada
ramah.
Jawabannya cukup mengejutkan, Fahry berkata, “Saya tetap mengagumi kalian (PKS)!”
“Lah, kok mau dengan yang anti segala-segalanya?” tanya Sohibul masih penasaran.
Fahry pun menjawab dengan penjelasan
yang cukup menarik. “Man, yang namanya orang seperti saya itu merindukan
ruang publik khususnya pengelolaan Negara yang baik. Tapi kami sadar
kami tidak bisa membawa kebaikan tersebut karena kami bukan orang baik.
Nah, di tengah-tengah kerinduan itu tiba-tiba muncul segerombolan anak
muda yang datang ke ruang publik dengan membawa moralitas. Demonstrasi
rapi, tidak mengganggu yang lain. Selesai demonstrasi bersih (dari
sampah). Anggota dewannya di DPR dan DPRD hingga dibukukan ‘Bukan di
Negeri Dongeng’ sampai segala macam. Jadi, buat orang-orang seperti
saya, masalah di internal kamu seperti apa, anti apa anti apa, itu
peduli amat! Tapi yang kamu bawa ke ruang publik yang membawa moralitas,
pasti kami dukung!” aku Fahry Ali.
Kisah masa lampau doktor lulusan Jepang
tersebut membuat para peserta SKP yang terdiri dari para ketua DPW,
Bidang Kaderisasi dan BPSDM tersenyum dan semringah. SKP sendiri adalah
salah satu rangkaian agenda Milad 18 PKS yang berlangsung selama tiga
hari dari tanggal 20 April hingga 23 April 2016.
“Apa yang membuat mereka tertarik kepada
kita? Mereka hanya merindukan hadirnya moralitas di tengah publik!”
ucap Sohibul mengakhiri satu kisah klasiknya.
sumber : pks.id
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
0 Response to "Kisah Kekaguman Fahry Ali Pada PKS"
Posting Komentar