بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Mengikuti mukhayyam tahun
ini terasa beda dengan mukhayyam mukhayyam sebelumnya. Mukhayyam adalah
satu diantara sarana tarbiyah (pendidikan) yang menstresingkan pada
kekuatan fisik. Dari awal, komandan mukhayyam sudah mengingatkan tata
tertib yang harus ditaati semua peserta, yang sebagian besar adalah
senior.
Yang paling berkesan dari semua rangkai acara tersebut
adalah survipel. Kami dibangunkan oleh letusan mercon yang membahana di
tengah kegelapan malam. Semua siap siap
untuk berkumpul dengan tertib di suatu lapangan. Sekitar jam tiga malam
itu kami mulai bergerak untuk melakukan longmarc. Selama 24 jam kami
berjalan kaki naik turun gunung. Berbekal botol kosong (yang boleh diisi
bila nemu air) dan sekotak korek api kami melewati jalanan yang terjal,
lembah dan hutan. Hujan kehujanan dan panas kepanasan, tak ada makanan
yang dibawa. Kami hanya dibolehkan memakan makanan yang ada di hutan,
itupun yang sudah terjatuh ke tanah. Sebab hutan itu adalah kebun milik
warga. Kami dilarang meminta makanan dari siapapun, apa lagi mengambil
tanaman penduduk. Bagaimana tidur?. Jangan bayangkan mendapat tempat
tidur yang empuk. Kami tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit.
Perjalanan terasa panjang karena rasa lapar melilit perut semua
peserta, ditambah dengan perjalanan yang sulit Tapi tak ada kata
kembali karena perjalan sudah dimulai.
Setelah menempuh
perjalanan sehari semalam sampailah kami di pos terakhir . Subhanallah,
nampak pada wajah peserta luapan kegembiraan yang tak bisa dilukiskan.
Lelah, letih, lapar dan haus sirna seakan tak perna terjadi.
Mengikuti mukhayyam ini mengingatkan saya akan tabiat perjalanan dakwah.
Diantara tabiatnya adalah pertama, katsratul a’ba’, yaitu banyak
rintangan dan godaan. Jalan dakwah ini tidak ditaburi semerbak bunga dan
harumnya kesturi. Tidak dihiasi indahnya petmandani. Perjalanan dakwah
penuh dengan onak dan duri. Penuh dengan ujian dan cobaan. Yang
berhasil dalam dakwah ini adalah mereka yang berhasil mengatasi semua
godaan dan ujian tersebut. Kedua, thuulu thariq, jalannya panjang.
Dakwah ini jalan yang panjang sepanjang umur kemanusian. Tidak selesai
hanya dengan satu generasi. Dalam perjalan panjang ini yang dituntut
dari kita adalah istiqamah bergabung dalam barisan dakwah selama hayat
di kandung badan. Ketiga, qillatu zaad yaitu sedikit bekal. Perjalan
dakwah tidak menjanjikan kecukupan bagi para juru dakwah. Hal itu karena
setiap juru dakwah dituntut untuk berkorban dengan jiwa dan harta.
Setiap juru dakwah harus siap menerima kondisi ini sebagai konsekuinsi
dari jalan dakwah.
Bagi saya mukhayyam adalah miniatur perjalan
dakwah. Darinya kita belajar sabar, istiqamah, Ikhlash, taat, disiplin,
ukhuwwah dan bersyukur dalam menikmati jalan dakwah.
Dengan semua itu seluruh ujian dan rintangan dakwah akan terasa ringan
#Catatan_harian_sang_pengembaraDengan semua itu seluruh ujian dan rintangan dakwah akan terasa ringan
Natar 14/03/2016
Komiruddin Imron
sumber : FB
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
0 Response to "Mukhayyam Miniatur Perjalan Dakwah"
Posting Komentar